Fenomena Penyebaran Hoax
Date: 22-08-14 03:36Dalam koleksi hadith Muslim diriwayatkan Rasulullah pernah mengingatkan: "Cukup lah seseorang dikatakan sebagai pendusta manakala dia mengatakan semua yang didengarnya."
Sudah beberapa waktu ini saya merenungi apa yang mendorong banyak orang, bahkan yang bergelar doktor dan bertugas sebagai profesor sekali pun untuk memforward begitu saja pesan yang didapatnya dari Internet (fb, twitter, whatsapp, dll) ke orang lain tanpa upaya verifikasi kebenaran berita yang diforwardnya. Pada hal, etika akademik menekankan pentingnya mencantumkan sumber berita sejelas-jelasnya.
Saya mengamati ada 3 kelompok hoax dan perkiraan penyebabnya:
- berita sensasional: orang merasa penting ketika berhasil menjadi orang pertama yang mengetahui sesuatu hal di kelompok tertentu (group chat).
- berita penguat pandangan politik: segala berita diforward begitu saja asal punya nilai menguatkan 'kebenaran' pilihan politiknya
- pelengkap butir 1, merasa berbuat baik: orang merasa perlu menyebarkan berita yang dirasa punya nilai positif semacam ujar-ujar, resep obat-obatan tradisionil, bahaya mengkonsumsi produk tertentu dan semacamnya.
Perlu diteliti apa begitu masalahnya. Yang jelas, 14 abad silam, Rasulullah telah memberi peringatan keras bahwa kita akan terjerumus sebagai pendusta hanya karena meneruskan, tidak perlu sebagai pencetus, suatu berita yang ternyata hoax belaka.
Kirim Komentar
1. Jack
Iya pak, kadang suka kesel kalau dapet pesan broadcast BBM atau yg lain soal berita-berita hoax begitu
02-01-15 11:09
Powered by Waton CMS. Semua tulisan dan image yang ada di homepage ini adalah tanggung jawab Bambang Nurcahyo Prastowo kecuali: (a) diubah oleh pihak yang tidak bertanggung jawab, (b) secara eksplisit disebutkan rujukan sumber luarnya, atau (c) komentar, tanggapan dari pembaca.