Bambang Nurcahyo Prastowo

Bambang Nurcahyo Prastowo

Tenaga Pendidik di Departemen Ilmu Komputer dan Elektronika FMIPA UGM

Mail: prastowo@ugm.ac.id * Web: http://prastowo.staff.ugm.ac.id
Mobile: +62 811-2514-837 * CV singkat

ASCII Ribbon Campaign

Date: 21-04-07 09:39
Saya ini manusia yang beruntung karena mengenal Internet sejak zaman bandwidht dialup 300 bps. Bandingkan dengan dial-up internet sekarang yang bisa mencapai 33.4 kbps up dan 54.6 kbps down atau ADSL yang bisa mencapai beberapa mbps. Apa yang bisa dilakukan dengan 300 bps? Banyak sekali. Waktu itu saya bisa gunakan untuk akses komputer kampus dari rumah (di Kanada, telpon lokal tidak dipulsa) untuk editing dan compiling program. Dengan baud rate 300 bps, sistem bisa mengirimkan data sekitar 32 huruf perdetik; jauh lebih banyak dari kemampuan saya mengetik. Refresh screen 80 kolom x24 baris memerlukan waktu satu menit penuh, karena itu proses editing banyak menggunakan line editing mode.

Menjelang pulang dari Kanada, saya telah menggunakan modem berkecepatan 9,6 kbps. Dengan ini, screen refresh bisa dilakukan kurang dari 2 detik sehingga screen editing seperti vi dan emacs bisa nyaman dipakai. Apa yang bisa dilakukan dengan layar ASCII? Banyak. Salah satunya adalah bermain game berbasis jaringan (semacam Ragnarok). Dengan sistem ini, tim programmer Isnet (organisasi berbasis mailing-list is-lam.org) berhasil merombak multi user dangeon (mud) based game server menjadi sarana diskusi online dengan model ruang virtual yang dilengkapi perpustakaan (untuk baca tarjamah quran/hadith), alat perekam untuk mendokumentasikan diskusi, bahkan ada "dapur" pula tempat tukar menular resep masakan (servernya sudah bubar, tapi jejak website resep.isnet.org masih hidup).

Sejarah teknologi informasi dan komunikas terus berputar. Bandwidth jaringan komunikasi data semakin murah sejalan denan semakin murahnya data storage. Dulu saya beli hardisk miniscribe 20 mega byte seharga hampir sekitar 1200-an USD. Sekarang flasdisk 1 Giga dengan ukuran sekuku jempol berharga kurang dari 100.000 rupiah. Bandwidth gateway Internet UGM meningkat drastis dari 1/4 mbps di tahun 2000 menjadi 28 mbps saat ini. Prosentase kenaikan b/w ini jauh melampoui kenaikan jumlah PC terhubung. Namun demikian para user tetap saja mengeluhkan kelambatan Internet.

Untuk sementara ini saya "menyalahkan" para "pakar" Internet yang dalam berbagai ceramah atau tulisannya mensosialisasikan Internet sebagai media komunikasi data serba bisa. Masyarakat mulai mengasosiasikan Internet dengan streaming video. Bagi pengelola jaringan, video berarti bandwidth besar. Layanan Internet publlik komersial macam Yahoo dan Google yang mendasarkan kekuatan daya tarik bisnisnya pada kelengkapan content merangsang user untuk memasok content sebanyak-banyaknya dengan menyediakan ruang tanpa batas). Mulai disadari data penting berseliweran di Internet melalui e-mail. Dengan menyediakan mailbox tanpa batas, user tidak merasa perlu menghapus data dalam mailboxnya dan semakin terangsang untuk kirim data lebih banyak. Semakin banyak data, semakil banyak pula bahan riset yang dimiliki Yahoo dan Google. Akibatnya user menjadi manja dalam perilaku komunikasi datanya.

Dengan tersedianya ruang mailbox tanpa batas, user tidak lagi merasa perlu untuk memikirkan penghematan ukuran data. Email undangan 3 baris teks data tempat, waktu, dan acara diedit dengan Microsoft Word dan di attachkan dalam bentuk file .doc berikuran puluhan kilobyte. Kalau kita bisa hidup bahagia dengan SMS 160 byte di dunia selular, mengapa perilaku kita di Internet manjadi sangat boros dengan attachment puluhan bahkan ratugas kilo byte? Nampaknya masyarakat sudah menangkap ketidaksehatan perilaku penggunaan sistem e-mail di Internet. Yang dibutuhkan sekarang adalah perluasan sms agar tidak ada lagi pembatasan 160 huruf. Industri menjawabnya dengan teknologi push e-mail ke mobile cellular device.

Saya membayangkan betapa indahnya sistem email dan partnernya mailing-list apabila para pengguna kembali memanfaatkan fasilitas itu sesuai dengan khittahnya sebagai media penyampai informasi dalam bentuk teks saja. Ketika saya sampaikan ini ke teman-teman, semua menanyakan bagaimana dengan kebiasaan kirim file melalui email? Gampang. Uploadkan file itu ke suatu web server, mailkan urlnya.

Saya meyakini bahwa dalam memperjuangkan hal yang baik (bahkan yang buruk), selalu bisa kita dapatkan teman di Internet. Benar saja. Dengan search kata kunci ascii dan save the bandwidth, saya menemukan situs ASCII Ribbon Campaign yang meskipun dengan penjelasan yang berbeda sama-sama mengusung kampanye penghematan bandwidth dengan menanggalkan image dan animasi berlebihan dari segenap digital material yang kita produksi.


Cukup lah bisa dikatakan sebagai pendusta, seseorang yang mengatakan semua yang didengarnya (h.r. Muslim)

Kirim Komentar

Nama:
Website:

Ketik 64AF di
  • 7. prastowo

    Testing (b bolod) dan serta (b bolod lagi).

    17-11-07 09:53
  • 6. bram

    sms bukan 160 byte, tapi ketambahan header2 jadi sekitar 170-an byte..

    klo make encoding 5bit ascii, bisa lebih banyak karakter yang ditampilkan sms

    10-07-07 03:47
  • 5. arwan

    pita.....

    30-05-07 05:44
  • 4. dedy

    ap yg dimaksud ribbon..........

    30-04-07 12:45
  • 3. arwan

    saya membayangkan bagaimana kalo sekarang kita masih memakai internet menggunakan gel. radio yang dulu di mulai oleh komunitas radio amatir.... download e-book bisa berapa lama ya....
    menggunakan handy talky

    23-04-07 05:40
  • 2. prastowo

    Sampai sekarang saya masih pakai vi.

    21-04-07 02:52
  • 1. Eko SW

    saya salut dengan itu Pak...
    ingin sekali saya mengalami masa2 itu : dimana text-mode menjadi mainstream (the only) (CMIIW)

    Saya rasa sisi negatif i-net tak sedahsyat sekarang (Ya engggak Pak???)


    Ingin bener2 cuman Text-Mode...

    Lebih asyik pakai Emacs atau Vi di jaman itu Pak???

    21-04-07 11:03