Template Hoax III: Motivasi dan Pencegahan

Bambang Nurcahyo Prastowo

Tenaga Pendidik di Departemen Ilmu Komputer dan Elektronika FMIPA UGM

Mail: prastowo@ugm.ac.id * Web: http://prastowo.staff.ugm.ac.id
Mobile: +62 811-2514-837 * CV singkat

Template Hoax III: Motivasi dan Pencegahan

Date: 02-02-16 03:00

Ada banyak pesan yang menyebar melalui media sosial. Pesan tersebar melalui mekanisme berbagi blog/webpage link, blog copas, facebook share, twitter retweet, atau group chat forward. Suatu pesan menyebar bila ada sejumlah pembaca pesan yang berpendapat pesan itu layak disebarkan. Suatu pesan dinyatakan layak sebar karena sifatnya sebagai hiburan, memuat berita penting, memuat nasihat super. Pesan hiburan dapat berupa cerita lucu, bersifat mempermainkan pembaca, berupa kuis logika matematika atau tebak-tebakan. Berita dianggap penting karena memuat tragedi nasional, atau dianggap bisa menyangkut kepentingan orang banyak seperti informasi beasiswa, lowongan pekerjaan, informasi anak hilang, informasi kandungan gizi dan potensi sebagai obat dari makanan tertentu, informasi bahaya mengonsumsi makanan tertentu atau melakukan sesuatu hal spesifik. Suatu nasihat dikatakan super bila isinya sedemikian menyentuh hingga orang merasa perlu untuk menyebarkannya ke orang lain.

Secara umum, penyebaran pesan di media sosial membawa kebaikan bersama karena sifat alamiah masyarakat yang saling menghibur, saling membantu dan saling memberi nasihat. Masalah muncul ketika kebaikan hati anggota masyarakat dimanfaatkan dengan sengaja oleh pihak tertentu untuk mengambil keuntungan sepihak. Artinya, tindakannya akan mengakibatkan kerugian pada pihak lain yang biasanya ditanggung bersama anggota masyarakat banyak. Karena menulis tentang hoax, saya dapat pertanyaan sederhana apa ciri hoax? Ada penjelasan panjang-lebar di hoax-slayer.com. Website ini diasuh oleh sejumlah orang yang secara khusus melakukan penelitian tentang fenomena hoax di Internet sejak zaman email dan mailing-list. Silakan dalami isi website hoax-slayer.com, sangat menarik. Baca dulu artikel-artikel penjelasan dari pengelola sebelum membaca-baca berbagai hoax yang terjaring di web tersebut.

Saya sendiri mengamati ada dua indikasi utama hoax: 1. tidak terlacak penulis aslinya dan 2. ada perintah menyebar luaskan. Saya tekankan bahwa keduanya hanya indikator saja; belum bisa digunakan untuk memastikan status hoax-tidaknya suatu berita. Bagaimana pun juga kita tetap harus melakukan cek dan re-cek suatu berita yang kita terima sebelum melibatkan diri sebagai agen penyebarannya. Yang menarik, banyak hoax yang menyandarkan diri pada nama atau institusi yang sudah dikenal masyarakat untuk menarik kepercayaan pembacanya. Nama terkenal seperti Einstein, Mark Twain, atau Paus sering dicatut sebagai penulis suatu nasihat super atau kisah inspiratif; demikian pula Ranggawarsita juga sering diatributkan pada suatu puisi nasihat berbahasa Jawa.

Pada informasi publik kita bisa jumpai nama POLRI yang dicatut hoax modus kejahatan; tidak jarang Kementrian Kesehatan dicantumkan pada tulisan bertemakan kesehatan. Di satu sisi, pencantuman nama orang/institusi ini bisa melenakan pembaca namun sebenarnya justru memudahkan kita kalau mau meluangkan waktu untuk cek kebenarannya. Pada umumnya, seseorang atau suatu lembaga resmi baik negeri atau swasta akan mencantumkan identitas pada semua publikasinya sehingga pendapat resmi perorangan atau kelembagaan dapat langsung dicek pada blog resmi orang atau lembaga yang bersangkutan. Belakangan ini muncul persoalan baru yakni banyak pihak membuat website/blog atau Facebook account dengan nama seolah-olah milik orang terkenal tertentu. Sebagai contoh silakan search Yusuf Mansyur di Facebook.

Berdasarkan pengamatan pada sekian banyak pesan yang pernah saya lihat, permintaan “sebar-luaskan,” apalagi dengan tambahan angka semisal “ke 10 teman yang anda sayangi,” pada dalam pesan bernada edukasi merupakan indikasi kuat sifat hoaxnya. Pada dasarnya permintaan sebarluaskan hanya masuk akal untuk pesan yang bersifat undangan pada event-event tertentu seperti bazar, reuni dan semacamnya. Di masa lalu sudah ada modus pembuatan surat berantai yang di dalamnya memuat peritah sebarluaskan yang disertai dengan janji-janji mendapat berkah atau ancaman celaka bila tidak dilakukan. Kalau pun hanya 2 saja dari 10 yang terpengaruh, pesan berantai sudah bisa menyebar dengan cepat.

Apa yang menyebabkan hoax mudah menyebar? Sebelum menjawab pertanyaan itu, kita bahas dulu 3 pihak yang terlibat dalam penyebaran hoax: 1. pembuat, 2. penyebar, 3. forwarder. Pembuat adalah mereka yang menyengaja menyusun tulisan hoax. Mareka menyengaja menyiapkan pesan bohong dan kemudian membungkusnya dengan fakta-fakta pendukung. Penyebar adalah mitra komersial pembuat hoax. Mereka bisa saja tahu pesan yang disebarkannya adalah pesan bohong namun pada umumnya tidak peduli dengan isi, yang penting ada dana untuk melakukan aktivitasnya. Secara formal penyebar membentengi diri dengan disclaimer yang secara eksplisit menyatakan bahwa tanggung jawab isi ada pada pembuat sepenuhnya. Forwarder adalah penerima pesan yang atas terkesan dengan isi suatu pesan kemudian dengan kemauannya sendiri meneruskan pesan itu ke satu atau lebih orang lain baik melalui pesan perorangan maupun group.

Hoax-slayer.com mengidentifikasi ada 3 motivasi orang membuat hoax: 1. melakukan eksperimen sosial, mengamati apa reaksi masyarakat bila diberi informasi dengan content tertentu; 2. iseng, ini bagian yang sulit dimengerti namun terjadi; ada kesenangan tersendiri yang didapat dengan mengamati hasil gangguan sosial yang dibuatnya; 3. motivasi bisnis. Saya belum bisa mendalami kelompok pertama karena belu tahun persis seperti apa operasionalnya, mungkin seperti yang sering disebut-sebut media sebagai pihak yang melakukan test the water. Orang iseng juga sulit dimengerti, apa enaknya corat-coret dinding orang? Apa enaknya merusak tanaman di tempat umum?. Kelompok ketiga adalah kelompok orang yang tahu cara mendapatkan keuntungan finansial dari tersebarnya pesan tertentu; mulai membangun ruang beriklan, membentuk kerumunan di Internet, sampai ke berbagai jenis penipuan berlapis tertentu.

Motivasi penyebar hoax sudah jelas komersial. Ada banyak pihak yang siap mengirimkan pesan apa saja dengan tarif tertentu per sekian ribu target. Mereka bahkan siap dengan koleksi alamat email dan nomor telpon selular yang telah dikelompokkan berdasar biodata pemilik masing-masing semisal kelompok umur, jenis kelamin, wilayah tempat tinggal, penghasilan dan sebagainya. Mereka tidak secara langsung bertanggungjawab atas penyebaran hoax namun bisa menjadi tangan dari pembuat hoax.

Tersebarnya hoax merugikan masyarakat karena potensi unsur penipuannya tinggi. Masalahnya kita tidak bisa berbuat banyak dengan pihak pembuat dan penyebar hoax selain mendorong pemerintah untuk menyusun regulasi yang cerdas agar bisa menekan jumlah aktivitas mereka yang berdampak negatif. Yang bisa kita lakukan adalah mengembangkan sistem edukasi massal agar masyarakat bisa cepat terdidik untuk tidak mudah terpancing menjadi agen penyebar berita bohong. Masyarakat pengguna Internet perlu dibekali ketrampilan minimal untuk melakukan cek re-cek sederhana yang bisa dengan cepat mengenali apakah pesan yang baru diterimanya layak diteruskan atau tidak.

Pertanyaannya adalah, pengapa orang mudah percaya pada pesan yang diterimanya dari Internet sehingga terdorong untuk meneruskan pada teman-temannya? Ada bermacam teori menjelaskan hal ini. Teman-teman psikologi sudah sejak dulu mempelajari mengapa manusia mudah mempercayai rumor atau gossip. Teorinya kira-kira begini: manusia itu punya sifat tergesa-gesa dan cenderung cari aman. Bila ada berita yang menyangkut keselamatan (tentang obat atau racun), dia cenderung memilih percaya dulu dengan pemikiran “siapa tahu benar.” Sifat psikologis ini dimanfaatkan betul oleh sementara penjahat untuk menipu masyarakat dengan berita yang sebenarnya tidak masuk akal tapi kalau “siapa tahu benar” akan menguntungkan.


Cukup lah bisa dikatakan sebagai pendusta, seseorang yang mengatakan semua yang didengarnya (h.r. Muslim)

Kirim Komentar

Nama:
Website:

Ketik 0B40 di
  • 2. Bambang Prastowo

    Dan masih pakai waton cms dengan php dan penyimpanan data di plaintext file, hadeh. Malu dengan yang sudah pakai framework canggih.

    03-02-16 03:53
  • 1. Imam Suharjo

    Rasanya kembali kemasa lampau bisa nulis komen di Blog ini pak BNP.

    Kayaknya perlu diangkat media Nasional biar lebih rame, tp laku tidak ya pak. hehehe...
    Karena memang sudah mewabah di alam yang tidak disadari.

    02-02-16 07:43