Perkembangan Instant Messenger

Bambang Nurcahyo Prastowo

Tenaga Pendidik di Departemen Ilmu Komputer dan Elektronika FMIPA UGM

Mail: prastowo@ugm.ac.id * Web: http://prastowo.staff.ugm.ac.id
Mobile: +62 811-2514-837 * CV singkat

Perkembangan Instant Messenger

Date: 14-07-17 09:59
User Telegram masih sekitar 100 juta, jauh di bawah WhatsApp yang sudah mencapai lebih dari 1 milyar. Apa istimewanya Telegram? Dari sisi keamanan pesan yang dikirim, inovasi Telegram dalam end-to-end encryption sudah diikuti WhatsApp dan Line, bahkan jauh sebelumnya sudah terimplementasikan di BBM.

Yang barangkali \"menakutkan\", layanan Telegram disponsori oleh Pavel Durov, pengusaha muda Rusia pendiri VK (VKontakte, Facebook Rusia). Setelah terdepak sebagai CEO VK, bersama adiknya Nikolai Durov, dia berkelana dan kemudian \"mengasingkan diri\" menjadi warga negara Saint Kitts and Nevis. Begitu yang saya baca di Wikipedia. Menurut FAQ di web telegram.org (sekarang sedang tidak bisa diakses dari Telkomsel, entah operator lain),Telegram tidak beroperasi dari Rusia tapi Jerman, tepatnya di kota Berlin.

Secara umum ada 2 model implementasi Instant Messager yang berbeda sehingga mengakibatkan ada perbedaan fitur tertentu. Model pertama mengikuti filosofinya email dimana pesan yang telah sampai ke penerima akan terhapus dari server. Model kedua mengikuti filosofi web dimana semua pesan tersimpan di server. Saya akan contohkan 2 instant messenger masing-masing menggunakan model berbeda: WhatsApp dan Telegram. Saya akan jelaskan konsekuensi menggunakan masing-masing model itu.

WhatsApp mengikuti filosofi email. Secara logic dari modelnya, pesan yang telah sampai ke perangkat penerima akan terhapus dari server. Ini logikanya, yang sebenarnya hanya diketahui oleh pengelola. Akibatnya, kita tidak bisa menggunakan id yang sama untuk 2 perangkat yang berbeda. Bila digunakan di perang baru, otomatis id tidak bisa digunakan di perangkat lama. Saat menggunakan versi PC, versi Web, perangkat mobile pengguna WhatsApp tetap harus dalam keadaan terkoneksi karena aplikasi web tersebut membaca pesan dari perangkat mobile seolah-olah perangkat mobile itu menjadi server untuk aplikasi webnya.

Telegram mengikuti model implementasi web. Semua pesan, asal tidak dihapus oleh penulisnya, tetap tersimpan di server. Akibatnya, ketika kita tambahkan user pada suatu group chat, sistem bisa memberi pilihan memberi hak akses pada user baru pada pesan-pesan diskusi terdahulu di group yang bersangkutan. Selain itu, pesan yang sudah terlanjur terkirim masih bisa diedit oleh penulisnya. Agar jelas, pada pesan yang diedit penulis terdapat tanda edited. Keuntungan lain dari model web, user bisa akses accountnya dari banyak device yang dimilikinya secara bergantian. Tidak ada keharusan menghidupkan mobile device saat mengakses chat dari aplikasi di pc atau di web.

Perbedaan fitur-fitur lain seperti batasan jumlah anggota group atau kebijakan pengadministrasian group chat tidak ada dasar filosofisnya, sepenuhnya bergantung kebijakan pengelola saja.

Potensi Instant messenger sebagai platform e-commerce masa depan sangat menjanjikan. Para pengelola layanan IM seperti WhatsApp, Line, We, Telegram, dll berlomba-lomba memanjakan user dengan berbagai fitur. Google pun tidak mau kalah (meski sampai sekarang masih kalah telak) terus mencoba berjuang di situ dengan pengembangan Allo-nya.

Pertanyaanya mengapa ada ide blokir Telegram? Apa bedanya dengan yang lain? Apa keistimewaannya sehingga konon dipakai sebagai sarana komunikasi terroris? Apakah karena disponsori oleh entrepreneur Rusia sehingga berpotensi merongrong platform IM Amerika (WhatsApp/FB)?

Cukup lah bisa dikatakan sebagai pendusta, seseorang yang mengatakan semua yang didengarnya (h.r. Muslim)

Kirim Komentar

Nama:
Website:

Ketik B745 di