Jurang Pemahaman Tentang Pandemi di Berbagai Kelompok Masyarakat

Bambang Nurcahyo Prastowo

Tenaga Pendidik di Departemen Ilmu Komputer dan Elektronika FMIPA UGM

Mail: prastowo@ugm.ac.id * Web: http://prastowo.staff.ugm.ac.id
Mobile: +62 811-2514-837 * CV singkat

Jurang Pemahaman Tentang Pandemi di Berbagai Kelompok Masyarakat

Date: 20-06-21 06:03
Saya bukan ahli epidemiologi tapi terpaksa mempelajarinya karena ada banyak keterangan masuk yang bisa bertentangan bahkan dari sumber yang sama. Internet mencampuradukkan keterangan dari berbagai sumber. Waktu menerangkannya pun bisa terbalik-balik.
Ada banyak keputusan yang harus dibuat tentang apa yang harus diperbuat. Salah satunya, anak bungsu saya yang autistik itu sejak dulu punya kegiatan rutin tiap Sabtu mengunjungi mall. Kegiatan ini dihentikan sejak awal pandemi.
Akal sehat mengatakan setahun penuh duduk didepan komputer saja tanpa pergi kemana-mana dapat mengganggu pertumbuhan kejiwaan anak, apa lagi anak autis.
Pertanyaannya, amankah jalan-jalan di mall dengan bekal masker, jaga jaran dan cuci tangan? Dua minggu terakhir saya memberanikan diri mengajak Ahmad jalan-jalan ke mall.
Tiga syarat bisa dia penuhi. Pertama, tidak pakai lift (biasanya, sepenuh apapun dia rela lama nunggu giliran pakai lift). Kedua, waktu jalan-jalan dikurangi satu jam. Ketiga, pakai masker sepanjang acara jalan-jalan.
Sayangnya data pertumbuhan kasus covid-19 harian di Jogja dan Indonesia pada umumnya tidak menggembirakan. Saya harus bisa meyakinkan Ahmad kalau situasi kembali memburuk, jalan-jalan ke mall-nya kita simulasikan lagi saja di rumah.
Mengapa sulit meyakinkan banyak orang kalau situasi sungguh tidak baik? Saya mengamati ada dua dunia yang berbeda penampakannya: dunia masyarakat umum dan dunia fasilitas kesehatan.
Di dunia masyarakat umum, banyak yang menyikapi pakai masker sebagai beban kewajiban tanpa manfaat nyata seperti pakai helm di jalanan. Banyak orang merasa tidak perlu pakai helm di kawasan tanpa pengawasan polisi galak.
Dunia fasilitas kesehatan sekarang pontang panting memperbesar kapasitas perawatan. Pasien gejala ringan-sedang mulai meluber ke shelter yang mestinya untuk isolasi warga positif covid-19 tanpa gejala.
Beredar video sopir ambulans di bandung yang kebingungan membawa pasien dari satu rumahsakit ke rumahsakit yang lain dengan harapan bisa dapat tempat kalau datang langsung. Mungkin dia tidak percaya dengan sistem informasinya.
Masyarakat di dunia umumnya tidak melihat kerepotan fasilitas kesehatan karena yang sakit memang dipindahkan ke rumah sakit. Masih ada juga yang menantang akan menghajar korona. Mungkin mereka yang siap menghajar korona ini bisa diajak jadi relawan merawat pasien covid berat-kritis.

Cukup lah bisa dikatakan sebagai pendusta, seseorang yang mengatakan semua yang didengarnya (h.r. Muslim)

Kirim Komentar

Nama:
Website:

Ketik 6340 di