Bambang Nurcahyo Prastowo

Matematika Pageblug

Di berita saya baca terakhir, Indonesia telah melakukan tes pcr lebih dari 40.000 per hari. Saya coba googling, biaya tes pcr minimal 1,5jt. Artinya Indonesia mengaluarkan minimal Rp 60 M per hari untuk biaya tes saja belum termasuk biaya perawatan kalau ada yang sakit. Dalam satu tahun saja, sangat boleh jadi lebih, kita perlu menyiapkan anggaran tes pcr 720 M. Sampai sekarang saya belum menemukan informasi angka itu berapat % lari ke luar negeri untuk beli alat dan reagen, berapa % untuk biaya pengambilan sample dan operasi peralatannya.

Seperti yang saya sampaikan sebelumnya, GeNose yang dikembangkan pak Kuwat Triyana dapat digunakan untuk test keberadaan virus SARS Cov-2 dalam diri seseorang dengan mengendus nafas yang bersangkutan. Saat uji kerja alat, dengan 600 sample dari rumah sakit rujukan Covid-19, GeNose dapat bekerja dengan ketelitian lebih dari 95%. Saat ini sedang dilakukan uji diagnostik di rumah-rumah sakit yang lebih luas. Bila lolos uji, GeNose bisa digunakan untuk test dengan biaya Rp.5rb per test. Relatif super murah dibanding biaya tes PCR. Dana 60 M yang sedianya mengucur ke pelaksana uji PCR per hari bisa digantikan dengan sistem uji senilai 200jt saja. Apa mereka rela? Rasanya too good to be true.

Berikutnya tentang matematika menyangkut prediksi kapan pageblug berakir. Kebanyakan rumus prediksi dibuat berdasar perkembangan kasus harian untuk mendapatkan grafik trend untuk diextrapolasi. Setelah berbulan-bulan menjalaninya, kita tahu perilaku masyarakat berfluktuasi. Awal dulu banyak kampung-kampung bersemangat melakukan lock down, menyediakan sarana cuci tangan di jalur-jalur akses masuk. Semangat lock down ini membawa hasil baik. Sedemian baiknya sampai dikira tidak ada masalah sehingga banyak yang tidak lagi takut wabah dan kembali uyel-uyelan di tempat rekreasi tongkrongan makan-makan. Akibatnya yang sudah baik itu menjadi kurang baik sekarang ini. Protokol sederhana: jaga jarak, pakai masker, cuci tangan, pengganti lock down total juga belum ditaati sepenuhnya. Dinamika perubahan perilaku masyarakat ini tidak mudah ditangkap dengan rumus matematika.

Ya sudah lah, karena gagal dengan protokol kesehatan, kita mulai kembali berharap terjadi herd immunity. Saat ini web bnpb menayangkan angka kasus, sembuh, meningga. Sepertinya 3 angka ini belum cukup untuk melihat apakah sudah ada tanda-tanda terbentuknya bibit-bibit herd immunity. Setelah sekian bulan mengalami pagblug, kita mulai mengenali parameter-parameter karakteristiknya. Selain kasus (ditandai dengan jumlah orang yang test positif mengandung virus SARS Cov-2), sembuh (jumlah orang yang test negatif tapi pernah positif) dan meninggal (jumlah orang meninggal dalam kondisi test positif), perlu ditayangkan pula angka orang yang menjadi sakit (bergejala yang memerlukan perawatan rumah sakit). Angka sembuh perlu dibagi dua: sembuh dari sakit (pulang dari perawatan rumah sakit) dan yang test negatif setelah perman test positif tapi tidak sakit (dikenal dengan istilah tanpa gejala). Test positif belum tentu sakit meskipun bisa menularkan. Mungkin dengan angka-angka sedikit lebih detail itu, kita mulai bisa mengenali apakah ada bibit-bibit herd immunity.