Bambang Nurcahyo Prastowo

Lagi, soal perploncoan

Date: 16-07-07 06:43
Hari-hari ini 2 tahun lalu saya dibuat stres karena keluhan Aishah yang mendapat perlakuan kasar dari kakak-kakak kelas di SMA 3 pada acara semacam perploncoan. Saking stresnya, saya sempat menelepon kepala dinas pendidikan dan kepala sekolah untuk menanyakan janji penghapusan acara perploncoan di sekolah-sekolah. Secara umum saya mendapat jawaban yang kurang lebih bermakna: \"nanti segera berlalu.\" Tentu saja jawaban semacam ini tidak dapat menghilangkan stres.
Waktu berlalu begitu cepat, kini Aishah telah terdaftar sebagai mahasiswa program studi Teknik Fisika di UGM.

Saat ini giliran Asma masuk SMA. Dengan nilai ujian negara 27,2 (3 mata pelajaran, rata-rata semblilan!) dia tidak laku di SMA terfavorit (1, 3, 8) dan saat ini terdaftar di SMA 6. Ada perkembangan menarik yakni laporan hari pertama masuk sekolah: tidak ada acara perploncoan. Kata Asma, pengumuman ini disambut gembira oleh para siswa di kelasnya. Ini bukti bahwa acara-acara semacam itu tidak dikehendaki oleh siswa baru. Selain itu ada berita inovasi menarik di SMA 6 yakni mengkhususkan hari Jumat untuk ekstra kurikuler.

Sebaliknya di hari pertama di dekat SMA Muhammadiyah 1 (MUHI) telah terdengar deru mobil-mobil pengentar pada jam 5:30. Suara teriakan-teriakan entah apa masih terdengar pada pukul 14:00. Sore hari sebelumnya, di depan SD Petinggen muncul pedagang kakilima yang siap menjual atribut perploncoan. Heran juga, ... hari gini masih ada saja aktivitas primitif perploncoan.